RSS

SITI JENAR DIANGGAP PROVOKATOR KESADARAN

01 Okt

Siti Jenar Dianggap Provokator Kesadaran
By: Ki Abduljabbar
Disadur daru buku Agus Sunyoto, suluk malang sungsang
http://irdy74.multiply.com/recipes/item/89/Siti_Jenar_Dianggap_Provokator_Kesadaran

Tulisan ini bermaksud untuk lebih membuka wawasan tentang sejarah pembawa ilmu Wahdatul wujud sebagai mana Al-Hallaj juga harus mengalami hukuman mati yg dilakukan oleh penguasa pada jamannya yg nota bene juga tidak bisa menunjukkan kesalahan apa yg diperbuat oleh Al-Hallaj, kecuali rasa tidak senang kaum Fuqaha (ahli syariat). Jadi kebetulan KI Dalang Sosro Birowo mengajarkan Asma Dzat, semoga juga dapat dipahami secara bijaksana, yaitu tidak gampang sekali mengatakan ajaran sesat dan sebagainya. zlebih baik kita menyelam agar dapat melihat kedalaman laut dari pada hanya melihat dipermukaannya saja. Saya rasa Ki Dalang Sosro Birowo dapat mengajarkannya kepada Anda. Baiklah saya awali ceritanya begini:

Makanya para pengikut Siti Jenar itu kemudian dikelompokkan sebagai golongan abangan. Artinya, pengikut ajaran Lemah Abang (nama lain Siti Jenar, Red). Ketika membuat dikotomi santri-abangan, Clifford Geertz (antropolog Amerika) tidak tahu hal itu. Kalau golongan abangan diidentifikasi dengan selamatan, itu kekeliruan yang sangat fatal.

Historisitas sosok Syekh Siti Jenar yang banyak dimitoskan orang kini pelan-pelan terkuak. Beberapa penelitian serius telah menyingkap sosok dan aspek-aspek ajarannya. Benarkah ia sosok yang murtad dari sudut pandang agama? Selasa lalu (15/5) Kajian Islam Utan Kayu (KIUK) berbincang-bincang dengan Agus Sunyoto, penulis tujuh jilid buku fiksi sejarah tentang tokoh kontroversial tersebut.

Mas Agus, bagaimana riwayat ketertarikan Anda meneliti sosok Syekh Siti Jenar?

Kakek saya dari pihak ibu adalah orang Jombang. Dia mengaku orang yang mengamalkan ajaran Syekh Siti Jenar. Ketika saya tanya darimana memperoleh pengetahuan itu, dia jawab, ”Lho, saya kan santri Tebu Ireng angkatan pertama!” Dia meninggal tahun 1995 dalam usia 105 tahun. Satu-satunya guru yang dia ikuti ajarannya sampai saat itu adalah almarhum KH Hasyim Asyari. ”Berarti Mbah Hasyim mengajarkan soal ini, dong?” tanya saya. ”Lha, iya!” katanya. Saya berpikir, darimana dia dapat itu kalau bukan dari Mbah Hasyim langsung. Tapi saya masih ragu: masak Mbah Hasyim mengajarkan itu?! Dari beberapa sumber lain, saya mendapat jawaban yang sama. Jadi saya berkesimpulan bahwa benar bahwa Mbah Hasyim mengajarkan itu.

Apakah ajaran-ajaran Siti Jenar masih berjejak dalam masyarakat Jawa saat ini?

Ada. Itu terlihat dari adanya guru-guru tarekat atau kebatinanan dari kalangan pribumi. Sebelum Siti Jenar, masyarakat pribumi tidak boleh menjadi guru (tarekat). Setelah itu baru boleh.

Unsur-unsur apa dari ajaran Siti Jenar yang masih tampak dalam tarekat yang mengklaim tersambung dengan dirinya?

Dalam hal egalitaranisme. Mereka egaliter sekali. Tarekat mereka tidak mengenal adanya mursyid-mursyid yang diagungkan. Kalau mereka berdiskusi soal-soal teologis, maka kedudukan guru tidak ada sama sekali. Semua orang adalah lawan bicara. Jadi tidak ada kultus mursyid. Ciri lainnya, cara mereka menuju Tuhan sangat individualistik. Toh, Nabi Muhammad ketemu Tuhan dengan cara sendirian di Gua Hira. Mereka tidak rame-rame. Kalau dilakukan rame-rame, itu namanya demonstrasi, bukan mencari Tuhan. Ketiga, masing-masing pengikut tarekat ini tidak saling kenal, dan ajaran-ajarannya disampaikan secara rahasia.

Doktrin apa yang tampak paling mencolok dari tarekat mereka?

Yang utama soal tauhid. Pemahaman tentang ini agak beda dengan pemahaman awam. Tuhan bagi mereka adalah sesuatu yang tidak terdefenisikan. Laitsa kamitslihi syai’un atau Dia adalah yang tidak bisa digambarkan. Siti Jenar juga mengatakan bahwa ke-99 sifat Tuhan di dalam asma’ul husna itu juga ada potensi-potensinya dalam diri semua manusia.
Manusia punya sifat sabar, karena Allah punya sifat as-Shabûr (Mahasabar). Manusia sombong karena memang ada sifat al-mutakabbir (Mahasombong) pada Allah. Ada juga sifat ad-Dhâr, Yang Maha membuat bahaya. Lah, manusia itu kan seringkali melakukan hal yang membahayakan orang lain maupun dirinya. Jadi, bagi Siti Jenar, tanpa adanya manusia, tidak ada asma’ul husna, karena dia juga mengejawantah di dalam diri manusia.

Pandangan teologis Siti Jenar itu qadariyah, jabariyah, atau apa?

Tidak itu semua. Bagi dia, orang yang mengamalkan ajarannya haruslah hidup dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Dari situ dapat dibuktikan bagaimana citra insan kamil (manusia sempurna) itu mengejawantahkan sifat-sifat Tuhan. Artinya, manusia adalah cerminan Tuhan. Karena itu, manusia harus mengamalkan watak as-Shabûr, al-`Âdil, al-Hakîm, dan watak-watak Tuhan lainnya.

Siti Jenar punya struktur berpikir yang sederhana. Misalnya dia bicara soal al-khâliq, Mahapencipta atau Sang Pencipta. Kata ini terdiri dari tiga huruf: kha’, lam, qaf. Dari kata khâliq itu justru ada ciptaan atau al-khalq. Jadi ada pencipta dan ada ciptaan. Karena itu, munculnya khalq atau ciptaan berasal dari kha-la-qa dan al-khâliq. Hurufnya masih sama: kha’, lam, dan qaf. Nah, bagaimana cara si khalq menuju khâliq?

Ada perantara bernama khuluq, budi pekerti. Khuluq-nya siapa? Khuluq yang karim (budi pekerti yang mulia). Semakin seseorang tak bisa mengejawantahkan khuluq itu, makin jauh dia dari Tuhan. Kalau khuluq-nya jelek, ya mesti jauh dari khâliq. Kalau mau dekat, ya harus mencerminkan perilakunya sang khâliq.

Ya, perbutan sehari-hari. Ritual salat misalnya, (yang penting) efeknya dalam kehidupan sehari-hari, yaitu tanhâ `anil fahsyâ’i wal munkar (menjauhkan dari perbuaran keji dan munkar, Red). Khuluq itu ada dalam kehidupan sehari-hari. Karena itu, orang tidak boleh mengasingkan diri dari kehidupan dan masyarakat. Khairun nas anfa`uhum lin nas (sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain, Red). Makin banyak manfaatnya akan makin bagus; makin mulia. Makin banyak mudaratnya, makin jelek orangnya.

Lalu fungsi ritual agama seperti apa?

Kalau kembali ke syariat, satu-satunya agama yang mensyaratkan uji empiris adalah Islam. Semuanya empiris, dan yang tidak empiris tidak diakui. Orang yang beriman harus jelas: diyakini di dalam hati, lalu diucapkan dengan lisan. Pengujinya apa? Perbutan! Kalau ucapanmu tak sesuai dengan tindakanmu, maka stempelmu adalah munafik. Itu empiris! Jadi, dasar pertama adalah uji empiris. Sampai menyangkut soal salat. Untuk menandai kamu Islam, ya salat. As-salâtu `imadud dîn, salat itu tiang agama. Jadi, ujinya empiris.

Lantas di mana titik polemis antara Siti Jenar dengan para wali lainnya?

Memang tidak ada (dalam soal itu). Tapi Siti Jenar juga mengajarkan unsur tarekat yang di dalamnya terkandung pengetahuan-pengetahuan spiritual. Yang namanya spiritualitas itu kan tidak bisa dibuktikan secara empiris. Sementara, bagi ulama yang berpikiran fiqih atau syariat-sentris, pengalaman spiritual itu bersifat sangat pribadi. Bagaimana membuktikannya?!
Kalau sudah fana ketemu Tuhan, apa tandanya? Karena itu, susah memahami ungkapan sosok seperti al-Hallaj, wamâ fî jubbatî illalLâh, tidak ada lain dalam jubahku kecuali Allah. Atau ungkapan anal haq! (akulah Sang Kebenaran) dan ungkapan lainnya. Semua itu tidak bisa dibuktikan secara empiris. Makanya, itu dianggap salah. Karena standar ujinya empirisisme.

Apa beda teori penciptaan Siti Jenar dengan teori pancaran atau emanasi (nazariyyatul faidl) dari Ibu Sina?

Dalam pandangan Siti Jenar, munculnya segala makhluk berasal dari itu tadi: khâliq menjadi khalq. Kemudian ada juga istilah ma`bûd (sembahan) dengan `âbid (penyembah). Hurufnya sama. Bagi Siti Jenar, ada tuan dan ada hamba. Di antara keduanya ada yang bernama `ibâd (kawulo). Dari sini juga muncul kata ibadah. Jadi, hubungannya lurus; harus lurus. Kalau hubungan `ibâd dengan ma`bûd makin tidak lurus, itulah yang dinamakan bid’ah.
Jadi, bid’ah tak dimaknai sebagai sesuatu yang ditambahi-tambahi dalam agama. Standarnya tidak fikih. Kalau sesuatu menyimpang dari tauhid, itu baru bid’ah. Kalau orang melakukan ibadah, misalnya sedekah, untuk pamer-pamer, bukan untuk ma`bûd-nya, itu bid’ah, pamer! Ayo tivi, shooting saya yang nyantuni anak yatim! Itu bid’ah namanya. Itulah pemaknaan Siti Jenar.

Untuk memperantarai hubungan khâliq dengan khalq, ada konsep nur muhammad. Anda memaknainya sebagai ”cahaya yang terpuji”, bukan cahaya Nabi Muhammad. Mengapa?

Itu pemaknaan Siti Jenar. Nama muhammad itu kan terhitung baru. Sebelum Islam, tak ada orang Arab bernama Muhammad. Dan yang menyampaikan konsep nur muhammad juga bukan Nabi Muhammad. Ini konsep perantara untuk penciptaan awal. Nur muhammad inilah yang oleh Siti Jenar dianggap sebagai cara pemunculan hakikat muhammadiyah.

Ceritanya begini. Taruhlah nur muhammad itu biji nangka yang sudah ada konsep buah, daun, batang, dan lainnya. Itu sudah ada. Tapi dia dibungkus dalam biji nangka. Nah, hakeket muhammadiyah baru ada kalau buah itu ditanam, tumbuh, dan betul-betul menunjukkan ada konsep daun, batang, akar, dan lain sebagainya. Jadi, konsep nur muhammad itu tidak bermakna eksklusif bahwa penciptaan harus lewat jalur Nabi Muhammad. Menurut Siti Jenar, seluruh makhluk, apapun agama dan jenisnya, berasal dari konsep nur muhammad itu.

Bagaimana sikap Siti Jenar terhadap keragaman budaya lokal di Jawa?

Dia justru mengakomodasi itu semua. Karena itu, terhadap agama Kapitayan, agama tauhid pra-Hindu, dia langsung ambil-alih. Bagi dia, untuk menyebarkan Islam, ini sama saja. Tapi dia juga memodifikasi. Kalau untuk menyembah Tuhan, bagi dia tak usah pakai istilah salat. Sebab, agama Kapitayan sudah pakai istilah sembah Hyang. Kata itu lalu dipakai. Hyang itu dalam bahasa Kawi artinya dewa.

Bagaimana memodifikasi Hyang sebagai dewa jadi Hyang sebagai Allah?

Begini! Ajaran Kapitayan itu memuja dewa utama bernama Sang Hyang Toyo. Dalam bahasa Jawi, Toyo itu berarti kosong, hampa, suwung. Dia tan kena kinaya; tak bisa diapa-apakan. Dinalar nggak bisa, dilihat nggak bisa, didefenisikan juga nggak bisa. Itu sama dengan ungkapan laitsa kamitslihi syai’un. Nah, kalau begitu, bagaimana orang bisa tahu Sang Hyang Toyo kalau Dia tidak bisa didefenisikan?

Dalam Kapitayan disebutkan, Dia muncul dalam bentuk pribadi yang disebut tu atau to. Artinya kekuatan yang punya daya sakti. Daya sakti dari kekuatan Hyang Toyo inilah yang sudah dikenal sifatnya. Ada dua sifat, yaitu baik dan buruk. Sifat baik disebut tu, lalu menjadi Tuhan; sementara yang jelek disebut hantu. Karena itu, dalam asumsinya orang-orang, hantu mesti jelek, dan Tuhan mesti baik. Itu dari Kapitayan dan bahasa Kawi.

Tapi orang juga mikir, di mana tempatnya Sang Hyang, yaitu hantu dan tuhan ini? Wong dia juga masih abstrak dan hanya ada sifatnya! Lalu diyakini, tu bisa muncul pada sesuatu. Sesuatu yang disebut tu: watu, tugu, tuban (air terjun), tuk (mata air), tunggul, tunggak, tumbak, tulang. Semua ada di situ dalam bentuk kekuatannya.

Bagaimana membedakannya dengan paham animisme, misalnya?

Beda. Ini sesuatu yang dianggap ada rohnya. Kalau animisme dan dinamisme, semuanya benda saja. Ini tidak begitu; dia hanya berwujud kekuatan gaib. Ini juga ada ujungnya, yaitu Tuhan yang tidak bisa didefenisikan itu. Toyo tadi.

Kaum animis pun menganggap barang-barang sembahan itu hanya medium penyembahan saja?!

Tapi dalam animisme dan dinamisme, tidak ada konsep satu Tuhan yang abstrak. Sang Pencipta macam-macam, itu tidak ada. Dari situlah orang melakukan sesaji dengan tumpeng, tukung, tumbu, dan seterusnya. Bahkan untuk upacara tertentu yang bersifat rahasia untuk mewujudkan keinginan yang besar, biasanya ada sesembahan khusus yang bernama tumbal.

Bagaimana Siti Jenar menyikapi sesaji itu?

Dia melihat ujungnya adalah tauhid. Nah, masyarakat di luar Keraton waktu itu adalah pengikut ajaran ini, bukan ajaran Hindu. Agama Hindu itu hanya dianut orang-orang Keraton. Jadi mereka masih ke arah ini (tauhid). Dan masyarakat juga masih dibiarkan membikin tumpeng, sesaji, dan semacamnya.

Jadi dia tidak lakukan konfrontatif. Karena itu, tempat ibadahnya orang-orang Kapitayan yang namanya sanggar, bentuknya diambil-alih kemudian. Tapi namanya bukan lagi sanggar, tapi langgar. Karena itu langgar di Jawa itu berbeda dengan langgar di tempat lain. Yang namanya mihrab itu adalah ruang kosong yang menjorok ke dalam. Itu dulu punya orang Kapitayan. Tempatnya seperti gentong yang masuk ke dalam. Itulah namanya kosong, suwung. Bentuknya sama persis dengan mihrab sekarang.

Kemudian ada juga ibadah Kapitayan yang mirip seperti orang-orang Islam, yaitu tidak makan sehari. Tapi namanya bukan shaum, melainkan pawasa atau puasa. Itu artinya juga tidak makan sehari, dari bahasa Kawi. Kemudian juga cerita soal surga-neraka. Bagi Siti Jenar, tidak usah pakai istilah jannatul firdaus, jannatu adn, dan sebagainya. Masyarakat tidak mengerti. Maka dipakailah kata suwarga dan neraka yang orang-orang sudah mengerti. Kosa kata itu sudah digunakan sejak lama. Termasuk ketika menyebut penghuni surga. Tidak usah pakai hûrin `în segala. Orang tidak akan tahu. Pakai saja istilah bidadari.

Ajaran apa dari Siti Jenar yang dianggap mengkhawatirkan kekuasaan?

Ketika dia mengubah konsep kawulo menjadi masyarakat. Terutama ajaran tentang manunggaling kawulo gusti. Artinya, kesetaraan antara rakyat dengan penguasa. Masyarakat itu berarti orang yang punya hak sama, dari kata musyârakah (Arab: berpartisipasi dan bekerjasama).

Pengikut-pengikutnya tak dibolehkan memakai kata kulo atau kawulo, tapi pakai kata ingsun. Makanya, orang Cirebon sampai sekarang menyebut aku, ya ingsun. Itu membuat marah raja. Dalam tatanan sosial-budaya saat itu, kata ingsun hanya berhak digunakan raja. Kok banyak orang desa menyebut dirinya ingsun?! Ini dianggap merusak tatanan.

Juga ajarannya bahwa pemimpin harus dipilih. Karena itu, demokrasi pertama itu ada pada ajaran Syekh Siti Jenar. Dia yang memelopori kepemimpinan ki ageng. Kota Cirebon saat itu disebut garade (negara gede). Sebab, saat itu yang berkuasa orang-orang gede. Negaranya para orang gede. Maksudnya bukan negara yang besar. Tapi negaranya orang-orang besar.

Sekarang kita menerima kata masyarakat secara taken for granted. Kita tak tahu konsepsi apa di balik kata itu. Makanya para pengikut Siti Jenar itu kemudian dikelompokkan sebagai golongan abangan. Artinya, pengikut ajaran Lemah Abang (nama lain Siti Jenar, Red). Ketika membuat dikotomi santri-abangan, Clifford Geertz (antropolog Amerika) tidak tahu hal itu. Kalau golongan abangan diidentifikasi dengan selamatan, itu kekeliruan yang sangat fatal.

Apakah ajaran Siti Jenar atau tarekatnya sekarang mungkin berkembang?

Mungkin saja. Tapi ajarannya itu sebenarnya tertutup. Ada beberapa pejabat aneh yang saya curigai menganut ajaran ini. Setelah saya dekati dan ajak ngobrol, ternyata benar. Masak pejabat tidak mau terima suap, tidak korupsi, dan sebagainya?! Ini kan aneh. Mengidentifikasi mereka itu gampang.
Mereka biasanya aneh dan tak mau ikut orang kebanyakan. Ada pejabat yang dalam kondisi sekarang kok jujur, tidak korupsi, tidak dekat-dekat wartawan. Pokoknya tak mau ikut kebiasaan para pejabat umumnya. Setelah saya dekati, biasanya dia mengaku pengikut Siti Jenar. Ada seorang pejabat yang tiap kali gajian justru membeli sembako untuk para tetangganya yang miskin. Padahal, hidupnya biasa-biasa saja. Ternyata, orang itu mengamalkan ajaran Syekh Siti Jenar. Pokoknya, orangnya aneh-aneh.

Jadi jauh dari kesan negatif yang dicitrakan selama ini, dong?!

Ya. Soalnya, babad-babad yang ditulis tentang Siti Jenar itu adalah tulisan orang Keraton semua. Mereka merasa sebagai pihak yang dirugikan oleh Siti Jenar. Karena itu, sikap orang Keraton Mataram sangat ambigu terhadap Siti Jenar. Di satu sisi mereka memitoskan hal-hal yang baik dari Siti Jenar, di sisi lain merasa dia membahayakan kedudukan raja. Dalam ajaran Siti Jenar tidak boleh ada kedinastian.

Aspek lain yang dianggap mengancam adalah soal pemimpin yang harus dipilih. Dulu tidak begitu. Pemimpin seperti jabatan dari Tuhan. Selain itu juga ajaran untuk menahan pajak sebagai penentangan terhadap pemimpin. Bagi Siti Jenar, kalau anda tak suka kekuasaan, ya apa yang mendukung kekuasaan itu dipotong saja. Jadi, perlawanannya taktis. Kalau diperintah sesuatu, bilang ”ya” saja, tapi jangan dilakoni. Makanya, para penguasa jengkel. Bagi pemerintah saat itu, apa yang dikatakan itu serius sekali. Siti Jenar dianggap provokator yang membangkitkan kesadaran orang atas hak-haknya.

Semoga tulisan ini menambah wawasan seluruh sedulur Energi sejati.

Wassalam,
Ki Abduljabbar

 
97 Komentar

Ditulis oleh pada 1 Oktober 2011 inci ARTIKEL, FAKULTAS INSUN SEJATI

 

97 responses to “SITI JENAR DIANGGAP PROVOKATOR KESADARAN

  1. Boedi Alwa

    1 Oktober 2011 at 2:58 PM

    PERTAMA NYIMAK,MOGA DAPAT BAROKAH.

     
  2. gunawan78

    1 Oktober 2011 at 3:05 PM

    keberapa ya.

     
  3. Kamarul Zaman

    1 Oktober 2011 at 3:09 PM

    Assalamu’alaikum wr wb Ki Abdul Jabbar

    Absen Sore,,,

    izin menyimak artikelx Ki Abdul Jabbar,,,

     
  4. ki udeng tjapingwana

    1 Oktober 2011 at 3:17 PM

    ikut menyimak ki abduljabbar, salam salim salaman

     
  5. Boedi Alwa

    1 Oktober 2011 at 3:19 PM

    Wah saudaraku dah mulai kumpul. Salam buat km kamarul zaman @km gunawan,gmana khabarnya?

     
  6. gunawan78

    1 Oktober 2011 at 3:27 PM

    alhamdulillah baik2 aja mas budi.

     
  7. Al-semar

    1 Oktober 2011 at 3:27 PM

    4bsen ijin nyimak…

     
  8. Taufik alhidayah

    1 Oktober 2011 at 3:30 PM

    Ijin nyimak pembabaran KDCk

     
  9. gunawan78

    1 Oktober 2011 at 3:31 PM

    yg jadi pertanyaan, bagaimana peran para wali dimasa itu.

     
  10. zakaria bin yaakub

    1 Oktober 2011 at 3:41 PM

    Assalammu Alaikum Ki DCK, Ki DSB, KI Permono Shidiq, KM dan sekalianya di Bolosejati yang di kasihi…

    Mohon izin menyimak….moga di beri taufik dan hidayah…jadikan renungan…

    hamba pasrah kepadaNYA….

    wassalammu alaikum…

    zakaria bin yaakub

     
  11. Arya Sancang

    1 Oktober 2011 at 3:44 PM

    Siti Jenar < < < Idola sy sepanjang zaman 🙂

     
  12. Kamarul Zaman

    1 Oktober 2011 at 4:07 PM

    km Boedil alwa,salam salim jg

    Alhamdulillah kbr saya baik2 saja km,

    gimana jg kbrx km Boedi alwa

     
  13. denlanang

    1 Oktober 2011 at 4:13 PM

    ijin nyimak terus dilanjut baca2
    selamat sore sedulur semua
    salam rahayu

     
  14. muh irawan

    1 Oktober 2011 at 4:23 PM

    bismillah, membacanya mmbuat sy tau fakta yg jd pertanyaan adlh knapa dalam film walisongo yg sy liat waktu kecil, sunan kalijogo sbg penghulu para wali tanah jawa justru yg mengeksekusi mati siti jenar? maaf lo salh

     
  15. Kang Demang Vienzchen

    1 Oktober 2011 at 5:02 PM

    mantabbb…saya tidak bisa berkata apa-apa…memang ajaran yang sungguh mencengangkan khalayak…..

     
  16. Andhika

    1 Oktober 2011 at 5:23 PM

    mantaaabbb mbah dalang

     
  17. (ng€SAt~riyo)

    1 Oktober 2011 at 5:42 PM

    ass..nyimak sore..

     
  18. p@ngeran @smoro

    1 Oktober 2011 at 6:28 PM

    Askum, slm knl utk sesepuh dn sedulur semua. Ikut nyimak aja!

     
  19. Ar Rizky

    1 Oktober 2011 at 6:45 PM

    Hem sepertinya dalam setiap artikel di ES ini saya mlulu yang dipojokkan, tapi ya tidak apa2lah saya legowo saja, baiklah kalau anda mau mempelajari Ajaran-ajarannya syekh siti jenar lengkap dengan sejaranya silahkan datang ke sini

    jangan kuatir semuanya diajarkan mulai dasar,

    [sHare]-=Semua Tentang Syech Siti Jenar serta Ajaran²nya=-
    http://www.kaskus.us/showthread.php?t=888911

    ]“ILMU SYAHADAT SEJATI DIRI/MANUNGGALING KAWULO GUSTI/JOSS BGT!!!
    http://www.kaskus.us/showthread.php?s=f88dd6bd0f4054094b53570a000cabce&t=7354464

    silahkan kunjungi dan selamat belajar

     
  20. ***_nurcahyo_***

    1 Oktober 2011 at 6:48 PM

    SASTROJINDROHAYUNINGRAT……………….TAKLIM MBAH………..

     
  21. tukang bakso

    1 Oktober 2011 at 6:50 PM

    assalamualaykum,nyimak n nambah ilmu

     
  22. Mualaf

    1 Oktober 2011 at 7:24 PM

    Salam sejahtra untuk para sedulur dan alam semesta
    aslamualaikum.
    Pesan gaib syeh siti jenar kpd sunan kali jaga
    – dari yg sampai kpd jalan agung, meninggalkan pesan sejati wahai manusia semua pd saat kematian menjelang tekad yg kuat menggapai kesempurnaan sejati dan keteguhan khendak menggapai kesempurnaan sejati
    – sesungguhnya ilmu itu ada di dalam kesadaran kamu sendiri tingkatkan kesadaran itu satulan dgn kesadaran sejati kesempurnaan ilmu sesungguhnya akan kamu dapatkan dalam keadaan hening

     
  23. sronojati

    1 Oktober 2011 at 7:38 PM

    saliim mbah jabbar
    salaam all bolosejati,,
    rangkuman yg sangat menambah wawasan kita smua,,,
    smuanya tak lpas dr politik n intrik kekuasaan,dg yg trjadi pd syeh siti jenar..bgtu pula yg terjadi pd ki ageng kebo kenongo,,,

     
  24. Adi Mauraga (karaeng Mallawa)

    1 Oktober 2011 at 7:50 PM

    Ijin nyimak….mantaff

     
  25. Raja

    1 Oktober 2011 at 8:00 PM

    Bener2 puas dgn artikel kang mas … Mantap jaya terus energi sejati

     
  26. Lanting J

    1 Oktober 2011 at 8:01 PM

    Assalamu’alaikum..
    Salam sungkem buat mbah Abduljabbar…

    Ijin absen malam..
    Salam salim all bolosejati

     
  27. lintang kumala

    1 Oktober 2011 at 8:24 PM

    nderek nyimak smga tmbah ilmu sy,,,! syukron khoiro jazza’

     
  28. Dimas aryo crb

    1 Oktober 2011 at 8:27 PM

    Ikut menyimak. sejarah memang bisa dimanipulasi. spt sejarah RI.

     
  29. Ki Mas Danqow

    1 Oktober 2011 at 8:49 PM

    Mantabbb Ki Dalang..
    Walau sdh pernah baca tetap nggak ngebosenin.

    Nuwun,

     
  30. Anantasena

    1 Oktober 2011 at 9:06 PM

    Absen malam,,
    Ijin nyimak,,

     
  31. Joechan

    1 Oktober 2011 at 9:25 PM

    “keselamatan.keberkahan & kedamain semoga slalu tercurahkn kpd sesepuh ki dalang cipto kawedar.para sesepuh energi sejati & semua sedulur energi sejati”

    “absen malam” sekalian nyimak.

     
  32. gunawan78

    1 Oktober 2011 at 9:46 PM

    saya juga pernah baca sedikit penjelasan ttg kejawen dan syeh siti jenar. tu juga setelah nanya dgn mbah google di ILMU SEJATI : JUNI 2008.

     
  33. batunisan

    1 Oktober 2011 at 9:49 PM

    tiada kata lain cuma bilang……………..MANTAAAAAAAAAAAAAP…nuwun

     
  34. elang

    1 Oktober 2011 at 9:50 PM

    mantapp…ki… injin…menyimak..

     
  35. Jala sutra

    1 Oktober 2011 at 9:56 PM

    Hadir mbah sugeng ndalu selamat malam..

     
  36. APG

    1 Oktober 2011 at 11:28 PM

    Qu ampe takjub membaca nya,,,,,,,,,,,,mantaaaaaaappppppp

     
  37. ¤ Erlambang Al Haq ¤

    2 Oktober 2011 at 12:25 AM

    Absen dni hri . . .nymak kmawon . . . .

     
  38. (ng€SAt~riyo)

    2 Oktober 2011 at 1:14 AM

    leyeh2 smbil nengok kampus…hmm..wis suwung….

     
  39. genibiru

    2 Oktober 2011 at 1:39 AM

    PENCERAHAN YANG SEDERHANA TAPI MANTHAB….

    BAROKALLAH BUAT SEMUA BOLO SEJATI
    TERUTAMA KI DALANG CIPTO KAWEDAR JG KI DALANG SOSRO BHIROWO

     
  40. Rastya

    2 Oktober 2011 at 2:02 AM

    absen dni hari Q’. .pmbabaran yg mantaps . . .salm buat BS smua. .

     
  41. Rastya

    2 Oktober 2011 at 4:09 AM

    salam jelang subuh indonesia

     
  42. Nimba ilmu

    2 Oktober 2011 at 8:16 AM

    Assalamu’alaikum wr.wb….izin menyimak….penjelasan wassalam…

     
  43. warisun ,nickname : ari septian

    2 Oktober 2011 at 9:02 AM

    salam ki dalang.mau nanya nih, saya setuju tak terhingga % bahwa pencipta tidak dapat dibayangkan.99 sifat adalah sifat manusia tapi allah yang memiliki maha dari sifat itu.tapi dibalik sifat 99 ada sifat kebalikannya,sedangkan allah adalah dzat sumber terjadinya segala sesuatu.sifat buruk ada pada iblis sedang iblis allah yang ciptakan.dalam tatanan yang allah atur tidak ada sesuatupun yang terjadi tanpa pengetahuannya.jadi milik siapakah sifat kejahatan itu?semoga allah mengampuniku karena keingin tahuanku tentang sifat allah.sudilah kiranya kidalang mewedarkan.

     
  44. ¤ Erlambang Al Haq ¤

    2 Oktober 2011 at 11:42 AM

    Absen siang . . . . . Smbil nngok kmpus . . . .,

     
  45. (ng€SAt~riyo)

    2 Oktober 2011 at 12:00 PM

    absen dzuhur…

     
  46. Boedi Alwa

    2 Oktober 2011 at 12:05 PM

    ABSEN SIANG

     
  47. to_samiaji@

    2 Oktober 2011 at 2:51 PM

    Hrs bgmn q berkata. . . . .
    Hasbunalloh wanikmal wakil nikmal maula wa nikmannashir. . . . .
    Lahaula wala kuwwata illa bila hil aliyyil adim. . . .
    Wallohu a’lam bisshowab.

     
  48. Sadar

    2 Oktober 2011 at 2:59 PM

    Yang jadi pertanyaan kenapa teman2 mengaku mempelajari ilmu syeh siti jenar tapi ujung2nya cuma ketemu jin atau katanya ruh yg sudah meninggal?

     
  49. tukangtakon

    2 Oktober 2011 at 4:04 PM

    @aSS f aLL
    @OM AR-RISKY,
    sy sikap anda,
    @Mbh DCK,
    monggo babaran’y diLanjunt,
    yg nyudutin org g usah,
    nyimak Lagiii….

     
  50. Surya lelana

    2 Oktober 2011 at 4:27 PM

    Mantab ki dck,pembabaran yg sangat bermanfaat buat kt smua,smga Alloh slalu meridhoi kt dan memaafkan setiap keslh kt.amiin

     

Tinggalkan komentar