HIDUP ADALAH MEMBERI BUKAN MENGAMBIL

HIDUP ADALAH MEMBERI BUKAN MENGAMBIL
Oleh: Ki Abduljabbar

Judul di atas adalah fakta yg sering saya ingat, karena ini adalah KESADARAN dimana dunia materi merupakan akibatnya. Artinya kalau Anda ingin menerima, maka memberilah lebih dahulu. Tidak tahu mengapa pada saat keyakinan yg kuat tsb saya ingin cari referensi di Al-Qur’an, pada saat saya buka koq langsung pada surah Al-Insaan. Saya tulis Al-Insaan 76: 7 – 10 seperti di bawah ini:
wayuth’imuna alththha’aama ‘alaa hubbihi miskiinan wayatiiman wa-asiiraanQS:76:7
Mereka menunaikan nazar dan takut akan suatu hari yang azabnya merata di mana-mana.

wayuth’imuna alththha’aama ‘alaa hubbihi miskiinan wayatiiman wa-asiiraanQS:76:8
Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan.

innamaa nuth’imukum liwajhi allaahi laa nuriidu minkum jazaa-an walaa syukuuraanQS:76:9
Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.

innaa nakhaafu min rabbinaa yawman ‘abuusan qamthariiraan
Sesungguhnya kami takut akan (azab) Tuhan kami pada suatu hari yang (di hari itu) orang-orang bermuka masam penuh kesulitan.

Dari ijtihat saya pada ayat 7, saya melihat jika kita ingin hajat kita diijabah oleh Allah Ta’ala maka lakukanlah dengan NAZAR, misalnya doanya seperti ini:“Ya Allah penguasa alam semesta, berilah petujuk dan kekuatan-Mu untuk hamba dapat menyantuni anak yatim dan orang muskin serta membahagiakan keluargaku dan orang tua”.. Filosofinya adalah sebagaimana Allah Ta’ala akan memberikan cobaan atau ujian bagi orang-orang yg ingin istiqomah beriman. Jadi dengan nazar tsb Allah Ta’ala akan memberikan sarana apa yg dapat digunakan untuk menyantuni anak yatim tsb sampai Anda dinilai AMANAH. Kalau Alam semesta sdh menilai Anda amanah, maka akan mudahlah jalan hidup Anda. Di dalam berdoa, jangan menggunakan kata-kata misalnya: JIKA, SEANDAINYA, BESUK, DLL. kata-kata tsb memberikan arti bahwa doa Anda tidak serius karena mengandung keraguan apakah doa Anda diijabah atau tidak. Padahal Allah Ta’ala sudah menyuruh Anda;”BERDOALAH KEPADAKU, AKU AKAN KABULKAN”. Gunakan waktu sekarang, dan seakan-akan rejeki sudah di depan mata dan tinggal mengambil, Maka mintalah kekuatan.

Jika memberikan sesuatu kepada orang lain, berikanlah seperti makanan yg biasa Anda makan, atau berikan sesuatu yg Anda juga menyukainya. Jangan seseuatu barang yg Anda sendiri tdk suka, lantas Anda berikan kepada orang lain. Memberi atau menolong orang lain jangan diingat-ingat, atau diceritakan kepada orang lain tetapi berharap keridha’an Allah Ta’ala, bahwa Anda adalah orang yg amanah yang sudah menjalankan kewajiban Anda dengan Ikhlas (QS:76:9). Jadi di sini ditegaskan bahwa hubungan vertikal (Allah Ta’ala) adalah dgn KUSYU dan hubungan horizontal (Insan) adalah dgn IKHLAS. Sekarang justru terbalik, orang sering mengatakan beribadah kepada Allah harus IKHLAS. Ini sesuatu kesalahan yg sangat FATAL tetapi kita tidak pernah menyadarinya. Karena IKHLAS itu bagi orang yg memberi, kalau kita kepada Allah lebih banyak MEMINTA, jadi harus KUSYU bukan IKHLAS. Kata orang, ah…nggak apa-apa, kan Allah Maha Tahu,
yang penting tujuannya, kepada Allah. Hhhmmm…. begitu ya?, faktanya banyak manusia yg hidupnya masih dikendalikan oleh NAFSU, karena mereka masih menggunakan ASUMSI, sepertinya Anda menyuruh Allah Ta’ala yg harus mengerti maksud (pikiran) Anda. Lantas siapa Anda sampai memiliki pikiran seperti ini. Sehingga Anda merasa perlu ingin menyatu dengan Dzat Allah? Apakah sifat-sifat Allah belum cukup?

Jika Anda tidak menjalankan perintah-perintah tsb di atas, sebagaimana QS:76:10 mengatakan HIDUP ANDA AKAN PENUH DENGAN KESULITAN.
Pantas saja muka Anda masam (he..he..he.. just kidding Bro…).

Orang itu banyak yg tidak suka dengan tantangan, misalnya anda pingin bisa ini bisa itu, tetapi tidak mau riyadoh yg berat. Maunya instan misalnya melalui transfer energi, pembangkitan, saktifat, dll. Jadi tidak heran, jika ada amalan yg tidak dibumbui kehebatan amalan tsb, maka peminatnya tidak ada. Meskipun ada, mereka hanya penggembira saja. Misalnya RDR, siapa sih yg mampu menguasai RDR
dan bisa ditajrib?

Justru manusia yg dianugerahi oleh Allah Ta’ala suatu piranti yg sangat super yaitu OTAK, tidak pernah dipakai. Kenapa saya katakan demikian, karena Albert Einstein sang ilmuawan fisika hanya menggunakan 15% kemampuan otaknya. Kenapa Albert bisa sehebat itu?
Karena Albert selalu berpikir bagaimana agar kehidupan orang semakin mudah. Sehingga Allah Ta’ala melalui alam semesta memberikan ide-ide atau pencerahan dan terbukalah penemuan-penemuan fisika quantum dan teori relatifitas. Kata Albert Einsten:“ADA DUA CARA MENJALANI KEHIDUPAN. PERTAMA, MENGANGGAP BAHWA TIDAK ADA SATUPUN KEJADIAN YANG AJAIB. KEDUA, MENGANGGAP BAHWA SEMUA YANG TERJADI ADALAH KEAJAIBAN”. Demikian juga dgn James Watt, marconi, Alpha Edison, madame currie, serta orang-orang besar seperti Soekarno yg sepanjang hidupnya selalu memikirkan rakyatnya, sehingga Allah membuka kesadaran Soekarno sebagai penyambung lidah rakyat.

Demikianlah tulisan saya ini anggaplah sebagai provokasi tanpa mantera.

Wassalam,
Ki Abduljabbar