” Kesombongan Intelektual “
Oleh: 4 _r d h i_ 4
Nabi Musa Pernah Ditegur Karena Lakukan ‘Kesombongan Intelektual’
Sifat sombong (al-kibr) dan menyombongkan diri (al-takabbur) merupakan penyakit hati yang sangat berbahaya. Kesombongan, menurut Ghazali, bermula dari kekaguman seseorang kepada diri sendiri (al-`ujb), lalu memandang rendah orang lain. Sifat sombong merupakan sikap batin yang terejawantahkan dalam perbuatan dan tindakan yang cenderung destruktif dan diskriminatif.
Penyakit yang satu ini, menurut Ghazali, patut diwaspadai, karena tak hanya menyerang manusia secara umum, tetapi justru lebih banyak menyerang orang-orang pandai, para pakar, termasuk para ulama, kecuali sedikit orang dari mereka yang mendapat bimbingan dan petunjuk dari Allah SWT.
Nabi Musa AS konon dianggap telah melakukan “kesombongan intelektual” ketika beliau berkata, “Ana a`lam al-qaum” (akulah orang paling pandai di negeri ini). Sepintas lalu, pernyataan ini dapat dianggap wajar karena dikemukakan oleh seoang Nabi yang ditugaskan Allah SWT untuk membebaskan rakyat Mesir dari perbudakan Raja Firaun. Namun, Allah SWT memandang pernyataan Musa itu berlebihan.
Karena itu, Nabi Musa ditegur oleh Allah dan diberi pembelajaran melalui dua cara. Pertama, Nabi Musa dipertemukan dengan seorang (Khidir) yang memiliki tingkat pengetahuan dan kearfian yang jauh lebih tinggi dari Musa. Seperti diceritakan secara panjang lebar dalam surah al-Kahfi, Nabi Musa seakan-akan “dipelonco” oleh Khidir karena ia tak memiliki wawasan keilmuan seluas Khidir, baik secara filosofis maupun epistemologis. Akhirnya, Khidir terpaksa meninggalkan Musa seraya berkata, “Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersama aku.” (QS al-Kahfi [18]: 67).
Kedua, Allah mengajarkan kepada Nabi Musa doa yang berisi etos dan moral seorang ilmuwan (intelektual). “Rabbi zidni `ilman”(Ya Allah tambahkan kepadaku ilmu pengetahuan). Doa ini diajarkan juga kepada Nabi Muhammad SAW dan selanjutnya kepada kita semua, orang-orang beriman.
Doa ini penting, karena mengajarkan kepada kita beberapa etika keilmuan. Pertama, etos dan moral intelektual adalah belajar, menemukan kebenaran, dan mengembangkan ilmu. Kedua, ilmu pengetahuan bersifat dinamis, tumbuh dan berkembang (growing and developing) setingkat dengan kerja ilmiah para ilmuwan. Ketiga, apa yang telah diketahui pasti lebih sedikit daripada yang belum diketahui. Kenyataan inilah yang membuat para ilmuwan tak boleh sombong, tetapi harus rendah hati (tawadhu).
Socrates, filosof Yunani, pernah menunjukkan sikap rendah hati itu sewaktu ia berkata, “I only know that I don’t know.” (Aku hanya tahu bahwa aku tidak tahu). Imam Syafii, pendiri Mazhab Syafii, lebih tawadhu lagi. Disebutkan, setiap kali beliau memperoleh tambahan ilmu, beliau selalu menangis, karena makin sadar betapa banyak ilmu yang belum diketahuinya.
Agar tidak seperti kodok dalam tempurung, para ilmuwan harus belajar dan menumbuhkan sikap rendah hati, persis seperti pesan doa yang diajarkan oleh Allah SWT kepada Nabi Musa AS di atas. Logikanya begini, kalau sifat rendah hati datang, maka segala bentuk kesombongan dan arogansi pasti menghilang. Wallahu a`lam.
GUNAWAN
27 November 2011 at 10:05 AM
PERTAMAX.
Nyimak.
Suma/amus
27 November 2011 at 11:33 AM
Pencerahan yg mantf,salam kang mas ardhi
Boedi Alwa
27 November 2011 at 11:43 AM
Nyimak
Joe chan
27 November 2011 at 12:45 PM
Salam Rahayu Semua
Ijin nyimak pak 4_rdi_4 semoga bermanpaat
Al-semar ,
27 November 2011 at 1:28 PM
Okelah..
andrymacz
27 November 2011 at 1:33 PM
ASSALAMUALAIKUM
wong edan
27 November 2011 at 4:02 PM
hheee,,
ismil
27 November 2011 at 10:21 PM
semoga aku di jauhi dari sifat mazmumah ini,amin
arya wisanggeni
28 November 2011 at 9:42 AM
Ijin nyimak KM Ardhi…..
Nur biasa
28 November 2011 at 6:49 PM
Cerita Ttg pertemuan nabi khidir dg nabi musa kurang setuju tapi ambil hikmanya agar kita jd manusia tdk sembong.Bibit apa yg ditanam biarlah dia yg menuai hasil apa yg ditanam tanpa perlu org lain yg membantu mencabut hasilnya dg berjalannya waktu dia akan mendapatkan apa yg dia tanam tanpa perlu campur tangan dr manusia toh Alloh adil dlm segala hal.
Nur biasa
28 November 2011 at 6:54 PM
Keikhlasan sangat mudah diucapkan tapi sulit diterapkan krn ego kita sendiri.
Rastya/Rahayu setyati
29 November 2011 at 10:46 AM
Absen siang. . waa. .h lama gak ngampus. .ijin nyimak ya km.putra bun. .
Rastya
29 November 2011 at 10:49 AM
@Ms.boedi. .ms suma dan all BS. . .salam siang. .salam asah asih asuh. . .barokalloh
abdullah...(sahru siam)
29 November 2011 at 8:33 PM
assalammualaikum…
Salam salim km putra bun…
Salam peluk saudara2q smua…
Monggo dilanjut…
temonsoejadi
2 Desember 2011 at 4:08 PM
http://temonsoejadi.wordpress.com/2011/12/02/kisah-seorang-sahabat/
temonsoejadi
2 Desember 2011 at 4:46 PM
http://temonsoejadi.wordpress.com/2011/12/02/ketika-cinta-berbalas/
tholhe
1 Juni 2012 at 2:54 PM
Assalaamualaikum warahmatullaahi wabarakaatuhu
salam takzim KI lan Para Sesepuh lan Para Sedulur ES
Artikel yang selalu mengajarkan kearifan
tiada kata tersambung dari ini dari pendatang baru seperti saya selain ingin gali dan belajar dari blog ini.Keberadaan blog ini semoga terberkati sesuai dgn amal dan ilmu yang tlah dijabarkannya.Amin
salam
sarabakawa
27 April 2013 at 8:02 PM
slm sejahtera bwt dulur semua,pembahasanya mantap..ijin nyimak ki dalang