RSS

KESOMBONGAN INTELEKTUAL

27 Nov

” Kesombongan Intelektual “

Oleh: 4 _r d h i_ 4

Nabi Musa Pernah Ditegur Karena Lakukan ‘Kesombongan Intelektual’

Sifat sombong (al-kibr) dan menyombongkan diri (al-takabbur) merupakan penyakit hati yang sangat berbahaya. Kesombongan, menurut Ghazali, bermula dari kekaguman seseorang kepada diri sendiri (al-`ujb), lalu memandang rendah orang lain. Sifat sombong merupakan sikap batin yang terejawantahkan dalam perbuatan dan tindakan yang cenderung destruktif dan diskriminatif.

Penyakit yang satu ini, menurut Ghazali, patut diwaspadai, karena tak hanya menyerang manusia secara umum, tetapi justru lebih banyak menyerang orang-orang pandai, para pakar, termasuk para ulama, kecuali sedikit orang dari mereka yang mendapat bimbingan dan petunjuk dari Allah SWT.

Nabi Musa AS konon dianggap telah melakukan “kesombongan intelektual” ketika beliau berkata, “Ana a`lam al-qaum” (akulah orang paling pandai di negeri ini). Sepintas lalu, pernyataan ini dapat dianggap wajar karena dikemukakan oleh seoang Nabi yang ditugaskan Allah SWT untuk membebaskan rakyat Mesir dari perbudakan Raja Firaun. Namun, Allah SWT memandang pernyataan Musa itu berlebihan.

Karena itu, Nabi Musa ditegur oleh Allah dan diberi pembelajaran melalui dua cara. Pertama, Nabi Musa dipertemukan dengan seorang (Khidir) yang memiliki tingkat pengetahuan dan kearfian yang jauh lebih tinggi dari Musa. Seperti diceritakan secara panjang lebar dalam surah al-Kahfi, Nabi Musa seakan-akan “dipelonco” oleh Khidir karena ia tak memiliki wawasan keilmuan seluas Khidir, baik secara filosofis maupun epistemologis. Akhirnya, Khidir terpaksa meninggalkan Musa seraya berkata, “Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersama aku.” (QS al-Kahfi [18]: 67).

Kedua, Allah mengajarkan kepada Nabi Musa doa yang berisi etos dan moral seorang ilmuwan (intelektual). “Rabbi zidni `ilman”(Ya Allah tambahkan kepadaku ilmu pengetahuan). Doa ini diajarkan juga kepada Nabi Muhammad SAW dan selanjutnya kepada kita semua, orang-orang beriman.

Doa ini penting, karena mengajarkan kepada kita beberapa etika keilmuan. Pertama, etos dan moral intelektual adalah belajar, menemukan kebenaran, dan mengembangkan ilmu. Kedua, ilmu pengetahuan bersifat dinamis, tumbuh dan berkembang (growing and developing) setingkat dengan kerja ilmiah para ilmuwan. Ketiga, apa yang telah diketahui pasti lebih sedikit daripada yang belum diketahui. Kenyataan inilah yang membuat para ilmuwan tak boleh sombong, tetapi harus rendah hati (tawadhu).

Socrates, filosof Yunani, pernah menunjukkan sikap rendah hati itu sewaktu ia berkata, “I only know that I don’t know.” (Aku hanya tahu bahwa aku tidak tahu). Imam Syafii, pendiri Mazhab Syafii, lebih tawadhu lagi. Disebutkan, setiap kali beliau memperoleh tambahan ilmu, beliau selalu menangis, karena makin sadar betapa banyak ilmu yang belum diketahuinya.

Agar tidak seperti kodok dalam tempurung, para ilmuwan harus belajar dan menumbuhkan sikap rendah hati, persis seperti pesan doa yang diajarkan oleh Allah SWT kepada Nabi Musa AS di atas. Logikanya begini, kalau sifat rendah hati datang, maka segala bentuk kesombongan dan arogansi pasti menghilang. Wallahu a`lam.

 
 

18 responses to “KESOMBONGAN INTELEKTUAL

  1. GUNAWAN

    27 November 2011 at 10:05 AM

    PERTAMAX.

    Nyimak.

     
  2. Suma/amus

    27 November 2011 at 11:33 AM

    Pencerahan yg mantf,salam kang mas ardhi

     
  3. Boedi Alwa

    27 November 2011 at 11:43 AM

    Nyimak

     
  4. Joe chan

    27 November 2011 at 12:45 PM

    Salam Rahayu Semua

    Ijin nyimak pak 4_rdi_4 semoga bermanpaat

     
  5. Al-semar ,

    27 November 2011 at 1:28 PM

    Okelah..

     
  6. andrymacz

    27 November 2011 at 1:33 PM

    ASSALAMUALAIKUM

     
  7. wong edan

    27 November 2011 at 4:02 PM

    hheee,,

     
  8. ismil

    27 November 2011 at 10:21 PM

    semoga aku di jauhi dari sifat mazmumah ini,amin

     
  9. arya wisanggeni

    28 November 2011 at 9:42 AM

    Ijin nyimak KM Ardhi…..

     
  10. Nur biasa

    28 November 2011 at 6:49 PM

    Cerita Ttg pertemuan nabi khidir dg nabi musa kurang setuju tapi ambil hikmanya agar kita jd manusia tdk sembong.Bibit apa yg ditanam biarlah dia yg menuai hasil apa yg ditanam tanpa perlu org lain yg membantu mencabut hasilnya dg berjalannya waktu dia akan mendapatkan apa yg dia tanam tanpa perlu campur tangan dr manusia toh Alloh adil dlm segala hal.

     
  11. Nur biasa

    28 November 2011 at 6:54 PM

    Keikhlasan sangat mudah diucapkan tapi sulit diterapkan krn ego kita sendiri.

     
  12. Rastya/Rahayu setyati

    29 November 2011 at 10:46 AM

    Absen siang. . waa. .h lama gak ngampus. .ijin nyimak ya km.putra bun. .

     
  13. Rastya

    29 November 2011 at 10:49 AM

    @Ms.boedi. .ms suma dan all BS. . .salam siang. .salam asah asih asuh. . .barokalloh

     
  14. abdullah...(sahru siam)

    29 November 2011 at 8:33 PM

    assalammualaikum…

    Salam salim km putra bun…
    Salam peluk saudara2q smua…

    Monggo dilanjut…

     
  15. tholhe

    1 Juni 2012 at 2:54 PM

    Assalaamualaikum warahmatullaahi wabarakaatuhu
    salam takzim KI lan Para Sesepuh lan Para Sedulur ES
    Artikel yang selalu mengajarkan kearifan
    tiada kata tersambung dari ini dari pendatang baru seperti saya selain ingin gali dan belajar dari blog ini.Keberadaan blog ini semoga terberkati sesuai dgn amal dan ilmu yang tlah dijabarkannya.Amin
    salam

     
  16. sarabakawa

    27 April 2013 at 8:02 PM

    slm sejahtera bwt dulur semua,pembahasanya mantap..ijin nyimak ki dalang

     

Tinggalkan komentar